Lisan

Bahaya lisan, kebaikan lisan
Lisanmu, kebaikan atau keburukan untuk orang lain? Sudah selamatkah orang lain dari bahaya lisanmu?

Suatu ketika saat iseng melihat status WA teman, saya dapati ia membuat status dari hasil screenshoot status WA nya temannya, dan temannya pun mendapat dari FB. Berikut adalah isi dari status FB tersebut.

Keluarga di kompleks dekat rumah, ada anak laki-laki yang membunuh adik perempuannya. Saat ibunya masuk ke kamar, ia melihat anak laki-lakinya sedang melompat-lompat di atas adik perempuannya. Sang ibu segera menghampiri anak perempuannya. Namun, telat, dia sudah tidak bernyawa.

Motifnya? Karena ‘KATANYA’ ibunya lebih sayang sama adiknya.

Sang anak laki-laki umurnya 4 tahunan.

Adik perempuannya masih bayi.

Dari saat sang ibu masih hamil, orang-orang pada bilang ama si abang : ibu bapak kamu udah ga sayang ama kamu lagi, kan sudah ada adik baru. Karena terus menerus mendengar hal itu dan takut dibuang, terjadilah hal tersebut.

Mungkin pikirnya : sekarang aku ga akan dibuang karena sudah ga ada adik lagi.

Sekarang sang anak harus hidup sebagai orang yang membunuh adik kandungnya. Dan coba bilang, apa yang harus dilakukan sang ibu? Setiap kali dia melihat anak laki-lakinya,

Sekarang sang anak harus hidup sebagai orang yang membunuh adik kandungnya. Dan coba bilang, apa yang harus dilakukan sang ibu? Setiap kali dia melihat anak laki-lakinya, dia akan mengingat anak perempuannya yang dibunuh anak laki-lakinya sendiri. Dan orang-orang yang nakut-nakutin anak laki-laki itu? Dapat gosip baru.

Apa susahnya bilang : wah, HEBAT ya, kamu sudah mau jadi abang lho, jaga adikmu baik-baik ya!

Daripada bilang : ‘kamu itu udah ga disayang, udah mau dibuang, tuh udah ada dedek baru.’

Sebaik apapun kamu, kalau mulutmu berbisa, kamu bukan orang baik.  If you cannot say something good, then please don’t say anything at all.

Note :

  1. Kejadiannya udah lama, udah 7-8 tahun yang lalu.
  2. Saya percaya semua orang tua pasti mengajarkan dan memberikan pengertian ke anak bahwa adik itu bukan saingan, melainkan teman dan harus disayang. Tapi perkataan yang didengar berulang-ulang oleh anak akan menjadi sugesti. Jadi ga usah debat bilang ini salah ortu sang anak yang kurang perhatian, inti post ini adalah soal mulut yang berbisa dengan alasan klasik : “BERCANDA”.

Dari kisah nyata tersebut, ada beberapa hal yang menjadi pelajaran bagi kita, terutama saya.

  1. Anak kecil belum mengerti tentang makna “BERCANDA”. Semua yang ia dengar, lihat dan ketahui, adalah kebenaran baginya. Maka sebagai orang yang mengerti, seharusnya kita tidak mengajak bercanda yang berlebihan seperti diatas.
  2. Berhati-hati dengan lisan, karena ia bagai mata pisau yang sangat tajam. Salah memilih dan memilah kata bisa membuat orang lain tersinggung. Akhirnya merusak pertemanan, bahkan yang lebih parah lagi adalah menjadi dendam. Hingga mencari waktu untuk menuntut balas.
  3. Mengenai lisan, banyak dalil yang menunjukkan tentang keharusan menjaganya. Diantaranya :

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam”. (HR. Bukhari no. 6475 dan Muslim no. 74)

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيْهَا يَهْوِى بِهَا فِي النَّارِأَبْعَدَمَا بَيْنَ الْمَسْرِقِ وَالْمَغْرِبِ

“Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat”. (HR. Bukhari no. 6477 dan Muslim no. 2988)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda.

وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَ مَنَا خِرِهِِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ

“Bukankah tidak ada yang menjerumuskan orang ke dalam neraka selain buah lisannya?”. (HR. At-Tirmidzi no. 2616)

Tetapi, lisan juga dapat mengantarkan pemiliknya pada kebaikan. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِشْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لآَيَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا

“Barangsiapa yang menyeru kepada kebaikan maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan maka baginya dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun”. (HR. Muslim no. 2674)

Wallahu a’lam bis showwab. Semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca.

 

Author: Ummi Zain

Learning to become a wonderful umi for childs and istri sholiha for husband

One thought on “Lisan”

  1. Bener banget ini, kita harus bisa menjaga lisan. Kalau kita lihat berita di tv tentang pembunuhan kebanyakan karena mereka sakit hati oleh perkataan si korban. Sebegitu sakit hati yang terluka karena kata-kata. Ini bisa jadi pelajaran untuk kita semua

    Like

Leave a reply to Anisa Cancel reply